Rabu, 27 Juni 2012

SEJARAH PEJUANG HISBULLAH UJUNG SEMI





Perjalan perjuangan pejuang hisbullah dari Ujung semi pada tahun 1945



TAK banyak orang tahu bahwa di Desa Ujungsemi, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon, terdapat sedikitnya 72 makam pahlawan. Bahkan kalau ditelusuri lebih dalam, di sejumlah tempat lain di sekitarnya, terdapat pula ratusan persemayaman terakhir pejuang yang kebanyakan berasal dari kaum santri dan kiai, yang gugur saat mengusir penjajah.
Berdasarkan penelusuran CNC, para pejuang yang dimakamkan di Ujungsemi adalah mereka yang gugur saat menghambat serangan tentara Belanda yang ingin menghancurkan markas Laskar Hisbullah, yang saat itu berada di Blok Bundel, Desa Slendra, Kecamatan Kaliwedi, Kabupaten Cirebon. Peristiwa itu terjadi pada medio Nopember 1947.
"Waktu perang melawan Belanda di Desa Ujungsemi teman-teman saya banyak yang gugur. Jumlahnya ada sekitar 72 pejuang dan mereka semua dimakamkan di sana," kata Khasan (82), warga Desa Desa Ujungsemi yang menjadi saksi hidup perjuangan melawan penjajah.
Meski pada akhirnya Belanda memenangkan perang di Ujungsemi tersebut, kata Khasan, para pejuang sempat melumpuhkan pasukan Belanda pada saat mereka menyerang markas pejuang di Desa Slendara. "Pada saat pertempuran di Bundel seluruh pasukan Belanda bisa kita lumpuhkan dan kita berhasil merampas seluruh senjata mereka," kata prajurti veteran tersebut.
Komandan Rayon Militer Gegesik, Kapten Sunento, membenarkan adanya bukti sejarah perjuangan kaum santri melawan para penjajah tersebut. Sunento mengatakan, perang di Ujungsemi terjadi pada Bulan November 1947. Laskar Hisbullah di bawah pimpinan Kyai Anas berjuang melawan tentara Belanda yang memiliki persenjataan yang lebih canggih.

 
"Dalam pertempuran di perbatasan Desa Ujungsemi dan Desa Wargabinangun tersebut, sebanyak 72 pejuang gugur menjadi syuhada," kata Sunento.
Lebih lanjut Sunento mengemukakan, bisa jadi tentara musuh gemas dengan para pejuang dari Cirebon yang getol melakukan perlawanan. Bahkan, kata, dia, banyak yang tidak tahu jika kaum santri Cirebon ikut andil dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
"Pada saat peristiwa 10 November di Surabaya, para pejuang di Cirebon ikut menghambat pasokan amunisi lawan. Bahkan, mereka sempat menghancurkan jembatan Kereta Api di Kaliwedi untuk memutus pasokan amunisi belanda," tutur Sunento.
Untuk menghormati para pejuang kemerdekaan tersebut, kata Sunento, setiap peringatan 10 November dilakukan Upacara penghormatan di Taman Makam Pahlawan Ujungsemi. Namun, upacara untuk mengenang jasa para pahlawan tersebut baru diikuti pejabat di tingkat kecamatan setempat.
"Setiap 10 November kami melakukan upacara di TMP Ujungsemi, namun baru diikuti muspika dua kecamatan yakni Kaliwedi dan Gegesik," kata Sunento.
Menurut Sunento, sejumlah kalangan menginginkan TMP Ujungsemi diresmikan menjadi Taman Makam Pahlawan. Apalagi, Kabupaten Cirebon belum memiliki TMP.
"Termasuk kami menginginkan Pemda menjadikan TMP Ujungsemi jadi TMP resmi sehingga setiap peringatan 10 November tidak numpang di TMP Kesenden Kota Cirebon," kata Sunento.
Kepala Desa Ujungsemi, Hasan Busro, menilai perhatian dari pemerintah daerah setempat  masih kurang. Pihaknya meminta Bupati memperbaiki akses jalan ke TMP diperbaiki.
"Belum lama ini Bupati memang pernah memberikan bantuan tapi baru untuk pemugaran makam," ujar Bosro. (Tim CNC)

Di ambil dari: CirebonNews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar